Oleh: Ahmad Sidqi
Fenomena yang terjadi pada zaman sekarang ini telah terlihat bahwa arus globalisasi masuk dengan derasnya. Tanpa adanya filterisasi yang kuat dan penanaman moral, agama dan nilai-nilai sosial yang kuat, kita akan terjerumus di dalamnya. Sudah sering sekali juga kita jumpai tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, pub, cafe, dan kemungkinan tempat-tempat prostitusi. Narkotika dan obat-obatan yang terlarang tak luput jua dari sebuah fenomena mahasiswa kini. Era globalisasi besar saat ini mengancam penerus bangsa membuat sebuah kekacauan di dunia akademisi. Mahasiswa banyak yang terlena akan tugas utama yang diembannya. Aksi sebuah media massa yang sudah menjamur di kalangan masyarakat umum turut ikut campur. Tontonan yang bersifat vulgar, dan seronok melatar belakangi hal-hal tersebut.
Di era tahun 1960-an sampai dengan 1980-an, mahasiswa sangat progresif sekali dalam minat belajar, ketidakmampuan mereka dalam hal keuangan, kendala-kendala dalam sarana dan pra sarana akademisi diterjang bebas demi cita-cita mereka. Tetapi jika bandingkan saat ini yang serba prakitis dan efisien, membuat mahasiswa menjadi malas dan terlena akan ke-serba praktisannya itu. Meskipun itu hanya sebuah fenomena yang sifatnya relatif dan tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak juga yang progresif dalam belajar dan dunia akademisi.
Seperti halnya di kota gudeg ini yang menjadi sasaran empuk para pengusaha-pengusaha hiburan malam. Di antara banyak yang menyediakan berbagai macam acara agar para konsumen (mahasiswa khususnya) dapat terjebak ke dunia hedon. Ke khawatiran yang lainnya juga penaman jiwa mahasiswa dan tugas-tugas yang diemban dalam ranah berkewarganegaraan. Mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan pemerintah kini tidak lagi tampak taringnya. Ini adalah hal substansi kedua dimana tugas-tugas mahasiswa yang pokok selain belajar. Masalah krusial ini harus disadarkan kembali kepada mahasiswa dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah pendekatan secara psikologis.
Pemberdayaan mahasiswa melalui sektor informal akan lebih bersinergi, melalui ranah aktivitas-aktivitas kampus, maupun luar kampus. Ini akan lebih efektif daripada hanya kuliah dan setelah kuliah lalu pulang. Pendidik disini seharusnya memberikan sebuah pengarahan yang signifikan terhadap mahasiswa, dan memberikan sebuah celah-celah kegiatan yang berhubungan dengan akademisi. Hal-hal tersebut akan membuat sebuah kemandirian dan rasa tanggung jawab yang penuh yang berfungsi di masyarakat di masa depannya. Revolusi kesadaran mahasiswa dengan peningkatan secara kualitatif dan kualitatif aspek yang memberikan ide-ide dan solusi yang sifatnya pembaharu.
Kita perlu merefleksikan diri kita, apakah kita menjadi seorang yang hedon, dan yang apatis terhadap bangsa dan negara, serta berkiblat pada westernisasi yang sifatnya negatif. Penulis yakin mahasiswa dapat progresif dalam dunia akademisi. Tinggal bagaimana kesadaran kita dan kewajiban kita dituntut untuk merekonstruksi sendi-sendi akademisi ini, agar kita meciptakan sebuah revolusi pendidikan dan progresif dalam membangun negeri ini di tengah terjangan modernitas.
Fenomena yang terjadi pada zaman sekarang ini telah terlihat bahwa arus globalisasi masuk dengan derasnya. Tanpa adanya filterisasi yang kuat dan penanaman moral, agama dan nilai-nilai sosial yang kuat, kita akan terjerumus di dalamnya. Sudah sering sekali juga kita jumpai tempat-tempat hiburan malam seperti diskotik, pub, cafe, dan kemungkinan tempat-tempat prostitusi. Narkotika dan obat-obatan yang terlarang tak luput jua dari sebuah fenomena mahasiswa kini. Era globalisasi besar saat ini mengancam penerus bangsa membuat sebuah kekacauan di dunia akademisi. Mahasiswa banyak yang terlena akan tugas utama yang diembannya. Aksi sebuah media massa yang sudah menjamur di kalangan masyarakat umum turut ikut campur. Tontonan yang bersifat vulgar, dan seronok melatar belakangi hal-hal tersebut.
Di era tahun 1960-an sampai dengan 1980-an, mahasiswa sangat progresif sekali dalam minat belajar, ketidakmampuan mereka dalam hal keuangan, kendala-kendala dalam sarana dan pra sarana akademisi diterjang bebas demi cita-cita mereka. Tetapi jika bandingkan saat ini yang serba prakitis dan efisien, membuat mahasiswa menjadi malas dan terlena akan ke-serba praktisannya itu. Meskipun itu hanya sebuah fenomena yang sifatnya relatif dan tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak juga yang progresif dalam belajar dan dunia akademisi.
Seperti halnya di kota gudeg ini yang menjadi sasaran empuk para pengusaha-pengusaha hiburan malam. Di antara banyak yang menyediakan berbagai macam acara agar para konsumen (mahasiswa khususnya) dapat terjebak ke dunia hedon. Ke khawatiran yang lainnya juga penaman jiwa mahasiswa dan tugas-tugas yang diemban dalam ranah berkewarganegaraan. Mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan pemerintah kini tidak lagi tampak taringnya. Ini adalah hal substansi kedua dimana tugas-tugas mahasiswa yang pokok selain belajar. Masalah krusial ini harus disadarkan kembali kepada mahasiswa dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah pendekatan secara psikologis.
Pemberdayaan mahasiswa melalui sektor informal akan lebih bersinergi, melalui ranah aktivitas-aktivitas kampus, maupun luar kampus. Ini akan lebih efektif daripada hanya kuliah dan setelah kuliah lalu pulang. Pendidik disini seharusnya memberikan sebuah pengarahan yang signifikan terhadap mahasiswa, dan memberikan sebuah celah-celah kegiatan yang berhubungan dengan akademisi. Hal-hal tersebut akan membuat sebuah kemandirian dan rasa tanggung jawab yang penuh yang berfungsi di masyarakat di masa depannya. Revolusi kesadaran mahasiswa dengan peningkatan secara kualitatif dan kualitatif aspek yang memberikan ide-ide dan solusi yang sifatnya pembaharu.
Kita perlu merefleksikan diri kita, apakah kita menjadi seorang yang hedon, dan yang apatis terhadap bangsa dan negara, serta berkiblat pada westernisasi yang sifatnya negatif. Penulis yakin mahasiswa dapat progresif dalam dunia akademisi. Tinggal bagaimana kesadaran kita dan kewajiban kita dituntut untuk merekonstruksi sendi-sendi akademisi ini, agar kita meciptakan sebuah revolusi pendidikan dan progresif dalam membangun negeri ini di tengah terjangan modernitas.
Ahmad Sidqi
Redaktur Lembaga Pers Gerakan (LPG) Senthir
Redaktur Lembaga Pers Gerakan (LPG) Senthir
0 komentar:
Posting Komentar