Oleh: Jantan Putra Bangsa
(Tulisan ini dimuat di Harian Solopos, 02 Maret 2010. Hal 4)
Sebelum ada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Nusantara selalu menjadikan laut sebagai pusat kegiatan—baik ekonomi maupun politik—karena sangat menguntungkan. Waktu itu, hanya kapal laut yang mampu mengarungi dunia ini. Bahkan bangsa Eropa bisa sampai ke Nusantara juga melalui jalur laut.
Sejarah mencatat beberapa imperium yang pernah berjaya di Nusantara ini merupakan imperium yang berorientasi laut (maritim). Seperti Kerajaan Sriwijaya yang memiliki beberapa pelabuhan besar. Sehingga tidak berlebihan jika ada yang menggambarkan keberadaan Sriwijaya pada saat itu sangat strategis.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan di balik kejayaan Sriwijaya saat itu. Pertama, Kerajaan Sriwijaya memiliki kapal laut dalam jumlah yang sangat besar. Dengan kekuatan ini, Sriwijaya mampu mendistribusikan hasil bumi Nusantara ke daerah-daerah di belahan dunia yang lain. Kedua, dengan armada laut yang sangat kuat, Sriwijaya berhasil mengamankan lalu lintas perairan di sekitar Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Jawa, bahkan sampai Laut Cina selatan. Keberhasilan inilah yang memperlancar arus perdagangan di Nusantara dan daerah sekitarnya.
Setelah Sriwijaya mengalami kehancuran, muncul Kerajaan Majapahit dengan kehebatan armada lautnya yang berhasil membentangkan kekuasaannya sampai ke Tumasik (sekarang Singapura) dan bahkan sampai ke Madagaskar yang berada jauh di Benua Afrika. Kebijakan-kebijakan yang berorientasi laut dari beberapa imperium tersebut tidak lepas dari kondisi geografis Nusantara, yang sebagian besar merupakan lautan, kondisi ini benar-benar mereka sadari dan mereka derivasikan dalam bentuk kebijakan.
NKRI sebagai pewaris dari imperium besar tersebut jelas memiliki kondisi geografis yang sangat potensial. Posisi strategis ini pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Setidaknya di kawasan Asia Pasifik.
Sejarah telah membuktikan bahwa kondisi geografis tersebut merupakan potensi besar untuk meraih kejayaan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas laut yang luar biasa besarnya dengan segala sumber daya di dalamnya. Namun, sampai saat ini pengelolaan sumber daya laut kita belum maksimal.
Seharusnya, dengan luas wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah laut, dapat memanfaatkan sumber daya laut untuk kemakmuran rakyat. Baik dalam sektor perikanan maupun pertahanan dan keamanan. Seperti yang telah disebutkan di atas, Sriwijaya dan Majapahit memanfaatkan laut sebagai sumber komoditas dengan menciptakan bandar-bandar dagang serta menggunakan kekuatan maritimnya untuk menjaga pertahanan dan keamanan.
Kebijakan salah kaprah
Saat ini Indonesia malah lebih mementingkan potensi darat ketimbang potensi laut. Masih setengah hati dalam mengatur regulasi tentang laut. Para nelayan Indonesia hanya menggunakan kapal-kapal sederhana dalam mengambil ikan di laut dan hanya mampu mendapatkan ikan dalam jumlah kecil, tidak sebanding dengan luasnya laut Indonesia.
Bahkan di Universitas Gadjah Mada, yang notabene adalah universitas terbaik di Indonesia, tidak membuka Fakultas Perikanan. Perikanan hanyalah menjadi salah satu jurusan di Fakultas Pertanian UGM. Sungguh ironis bukan? Jelas-jelas kekayaan laut kita sangat melimpah, namun tidak didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan.
Kalaupun kebijakan mengoptimalkan pertanian akan lebih bermanfaat tidak masalah. Buktinya, saat ini Indonesia belum mampu berswasembada pangan. Indonesia masih impor dari negara-negara yang lebih tidak berpotensi dalam pengembangan pertanian, namun didukung oleh ilmu dan teknologi yang hebat.
Parahnya lagi, ada kebijakan pemadaman listrik secara bergilir di beberapa daerah. Seharusnya Indonesia sangatlah mudah untuk membuat PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), karena mempunyai sumber air yang sangat melimpah.
Kenapa di banyak berita—baik di media cetak maupun elektronik—selalu saja kita kekurangan? Padahal semua potensi untuk meraih kejayaan jelas ada dan tersedia sejak zaman dulu. Apakah kita saat ini lebih bodoh dibanding dengan orang-orang di zaman Sriwijaya atau Majapahit? Tentu kita tidak mau dikatakan begitu.
Untuk itu, pemanfaatan sumber daya perikanan harus mulai ditingkatkan. Dengan mengawasi penangkapan ikan secara ilegal, mencegah pencemaran air laut serta meningkatkan ketahanan ekonomi para nelayan. Selain itu, harus kita optimalkan segala yang bisa diolah dari laut, seperti garam, PLTA, tempat wisata, serta segala sumber daya alam yang ada di dalamnya.
Indonesia harus kembali membuka bandar-bandar perdagangan lintas negara yang pernah berjaya. Tidak kalah penting untuk membangun jalur transportasi lintas pulau, sehingga dapat melancarkan perjalanan antarpulau di Indonesia.
Perdagangan antarpulau juga sangat penting, sehingga nantinya dapat membentuk sistem “ekonomi tertutup”. Artinya, kita harus penuhi dulu kebutuhan rakyat Indonesia sebelum bisa bersaing dengan luar. Manfaatkan segala potensi yang ada di setiap daerah (pulau), yang tentunya masing-masing berbeda.
Dengan begitu, kemungkinan Indonesia mengulang kembali kejayaan Sriwijaya dan Majapahit akan dapat dicapai. Perlu diingat baik-baik, bahwa laut adalah sumber penghidupan bagi kita.
(Tulisan ini dimuat di Harian Solopos, 02 Maret 2010. Hal 4)
Sebelum ada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Nusantara selalu menjadikan laut sebagai pusat kegiatan—baik ekonomi maupun politik—karena sangat menguntungkan. Waktu itu, hanya kapal laut yang mampu mengarungi dunia ini. Bahkan bangsa Eropa bisa sampai ke Nusantara juga melalui jalur laut.
Sejarah mencatat beberapa imperium yang pernah berjaya di Nusantara ini merupakan imperium yang berorientasi laut (maritim). Seperti Kerajaan Sriwijaya yang memiliki beberapa pelabuhan besar. Sehingga tidak berlebihan jika ada yang menggambarkan keberadaan Sriwijaya pada saat itu sangat strategis.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan di balik kejayaan Sriwijaya saat itu. Pertama, Kerajaan Sriwijaya memiliki kapal laut dalam jumlah yang sangat besar. Dengan kekuatan ini, Sriwijaya mampu mendistribusikan hasil bumi Nusantara ke daerah-daerah di belahan dunia yang lain. Kedua, dengan armada laut yang sangat kuat, Sriwijaya berhasil mengamankan lalu lintas perairan di sekitar Selat Sunda, Selat Malaka, Laut Jawa, bahkan sampai Laut Cina selatan. Keberhasilan inilah yang memperlancar arus perdagangan di Nusantara dan daerah sekitarnya.
Setelah Sriwijaya mengalami kehancuran, muncul Kerajaan Majapahit dengan kehebatan armada lautnya yang berhasil membentangkan kekuasaannya sampai ke Tumasik (sekarang Singapura) dan bahkan sampai ke Madagaskar yang berada jauh di Benua Afrika. Kebijakan-kebijakan yang berorientasi laut dari beberapa imperium tersebut tidak lepas dari kondisi geografis Nusantara, yang sebagian besar merupakan lautan, kondisi ini benar-benar mereka sadari dan mereka derivasikan dalam bentuk kebijakan.
NKRI sebagai pewaris dari imperium besar tersebut jelas memiliki kondisi geografis yang sangat potensial. Posisi strategis ini pada dasarnya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Setidaknya di kawasan Asia Pasifik.
Sejarah telah membuktikan bahwa kondisi geografis tersebut merupakan potensi besar untuk meraih kejayaan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas laut yang luar biasa besarnya dengan segala sumber daya di dalamnya. Namun, sampai saat ini pengelolaan sumber daya laut kita belum maksimal.
Seharusnya, dengan luas wilayah Indonesia yang sebagian besar adalah laut, dapat memanfaatkan sumber daya laut untuk kemakmuran rakyat. Baik dalam sektor perikanan maupun pertahanan dan keamanan. Seperti yang telah disebutkan di atas, Sriwijaya dan Majapahit memanfaatkan laut sebagai sumber komoditas dengan menciptakan bandar-bandar dagang serta menggunakan kekuatan maritimnya untuk menjaga pertahanan dan keamanan.
Kebijakan salah kaprah
Saat ini Indonesia malah lebih mementingkan potensi darat ketimbang potensi laut. Masih setengah hati dalam mengatur regulasi tentang laut. Para nelayan Indonesia hanya menggunakan kapal-kapal sederhana dalam mengambil ikan di laut dan hanya mampu mendapatkan ikan dalam jumlah kecil, tidak sebanding dengan luasnya laut Indonesia.
Bahkan di Universitas Gadjah Mada, yang notabene adalah universitas terbaik di Indonesia, tidak membuka Fakultas Perikanan. Perikanan hanyalah menjadi salah satu jurusan di Fakultas Pertanian UGM. Sungguh ironis bukan? Jelas-jelas kekayaan laut kita sangat melimpah, namun tidak didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan.
Kalaupun kebijakan mengoptimalkan pertanian akan lebih bermanfaat tidak masalah. Buktinya, saat ini Indonesia belum mampu berswasembada pangan. Indonesia masih impor dari negara-negara yang lebih tidak berpotensi dalam pengembangan pertanian, namun didukung oleh ilmu dan teknologi yang hebat.
Parahnya lagi, ada kebijakan pemadaman listrik secara bergilir di beberapa daerah. Seharusnya Indonesia sangatlah mudah untuk membuat PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), karena mempunyai sumber air yang sangat melimpah.
Kenapa di banyak berita—baik di media cetak maupun elektronik—selalu saja kita kekurangan? Padahal semua potensi untuk meraih kejayaan jelas ada dan tersedia sejak zaman dulu. Apakah kita saat ini lebih bodoh dibanding dengan orang-orang di zaman Sriwijaya atau Majapahit? Tentu kita tidak mau dikatakan begitu.
Untuk itu, pemanfaatan sumber daya perikanan harus mulai ditingkatkan. Dengan mengawasi penangkapan ikan secara ilegal, mencegah pencemaran air laut serta meningkatkan ketahanan ekonomi para nelayan. Selain itu, harus kita optimalkan segala yang bisa diolah dari laut, seperti garam, PLTA, tempat wisata, serta segala sumber daya alam yang ada di dalamnya.
Indonesia harus kembali membuka bandar-bandar perdagangan lintas negara yang pernah berjaya. Tidak kalah penting untuk membangun jalur transportasi lintas pulau, sehingga dapat melancarkan perjalanan antarpulau di Indonesia.
Perdagangan antarpulau juga sangat penting, sehingga nantinya dapat membentuk sistem “ekonomi tertutup”. Artinya, kita harus penuhi dulu kebutuhan rakyat Indonesia sebelum bisa bersaing dengan luar. Manfaatkan segala potensi yang ada di setiap daerah (pulau), yang tentunya masing-masing berbeda.
Dengan begitu, kemungkinan Indonesia mengulang kembali kejayaan Sriwijaya dan Majapahit akan dapat dicapai. Perlu diingat baik-baik, bahwa laut adalah sumber penghidupan bagi kita.
Jantan Putra Bangsa
Pimpinan Umum Lembaga Pers Gerakan (LPG) Senthir
Pimpinan Umum Lembaga Pers Gerakan (LPG) Senthir
0 komentar:
Posting Komentar