Oleh: Jantan Putra Bangsa
Akhir-akhir ini kita mendapati berita di media massa mengenai aksi demonstrasi yang rusuh. Namun media massa tidak menjelaskan secara komprehensif penyebab dari kerusuhan aksi demonstrasi itu. Sehingga lagi-lagi citra para demonstran menjadi negatif.
Dari sekian banyak aksi demonstrasi turun ke jalan, sebagian besar dilakukan oleh mahasiswa. Sehingga mahasiswa yang akan terkena dampak dari segala pemberitaan yang dilakukan oleh media massa. Tentu saja hal ini akan melemahkan gerakan mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya dengan turun ke jalan.
Semakin heboh pemberitaan tentang kerusuhan aksi, citra mahasiswa akan semakin runtuh. Sehingga masyarakat mulai mencibir aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. tentu hal ini akan menguntungkan pihak-pihak tertentu yang memang menginginkan tidak ada aksi karena takut adanya kritik.
Parahnya, mulai menggelembung isu bahwa aksi-aksi demonstrasi ditunggangi oleh kepentingan dari pihak-pihak tertentu. Dianggap aksi mahasiswa tidak murni untuk menyampaikan aspirasi. Sungguh luar biasa parah citra negatif yang ditimpakan pada mahasiswa.
Bak pepatah, “sudah jatuh tertimpa tangga”, mungkin sangat tepat diberikan pada mahasiswa. Awalnya mempunyai niat baik namun mendapat respon yang buruk. Citra negatif jelas tak dapat dihindari, ditambah lagi dalam aksi turun ke jalan berhadapan dengan aparat keamanan. Yang terkadang juga beradu fisik yang menyebabkan adanya korban baik luka ringan maupun luka serius akibat bentrok dengan aparat.
Perlu digaris bawahi di sini, ketika terjadi bentrok fisik antara mahasiswa dan aparat keamanan, janganlah media massa memberitakan bahwa demonstrasi mahasiswa anarkis. Tapi coba ungkap asal muasal terjadinya bentrok fisik tersebut. Sehingga pemberitaannya objektif, tidak merugikan salah satu pihak. Tidak hanya demi sebuah berita, mengorbankan mahasiswa.
Ketika aksi turun ke jalan berakibat seperti ini, harus ada pemikiran atau konsep baru mengenai demonstrasi. Sehingga akan meminimalisir jatuhnya korban dan citra negatif bagi mahasiswa. Jika kita tengok sejarah, aksi turun ke jalan sudah lama dilakukan oleh mahasiswa. Namun, pada saat itu seluruh elemen masyarakat dan media massa turut mendukung aksi turun ke jalan. Terbukti orde lama dan orde baru tumbang karena aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya.
Sebelum melakukan aksi, seharusnya mahasiswa merumuskan masalahnya dan mencoba memberikan solusi yang terbaik bagi Negara ini. Tidak asal turun ke jalan dan teriak-teriak seperti orang kesurupan. Kemudian menyampaiakan gagasan itu kepada wakil rakyat (DPR) atau pejabat pemerintah dengan cara dialog, bertukar pikiran dan gagasan.
Untuk itu, demonstrasi harus diawali dengan diskusi tentang permasalahan yang akan disuarakan. Konsolidasi massa yang solid agar tidak disusupi oleh provokator-provokator yang akan merusak jalannya aksi. Yang tidak kalah penting adalah data-data yang akan digunakan sebagai penguat dalam menyampaikan tuntutan. Sehingga tidak berdasar omong kosong belaka, namun berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggujawabkan keabsahannya.
Tidak hanya mahasiswa yang melakukan koreksi, namun pemerintah maupun wakil rakyat (DPR) juga harus melakukan koreksi. Pemerintah jangan diam saja menanggapi aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa butuh tanggapan dari pemerintah sehingga akan tercipta dialog, bukan monolog.
Temui dan ajak dialog para demonstran, hargai gagasan-gagasan yang disampaiakan. Jangan aksi demonstrasi disambut oleh aparat keamanan yang dipersenjatai pemukul, gas air mata dan semprotan air. Para demonstran yang hanya membawa panji-panji serta megaphone, dilawan oleh aparta keamanan, bukannya disambut dengan dialog dan sambutan hangat untuk berdiskusi bersama.
Untuk itu diperlukan orang yang mampu menjembatani dua kepentingan itu. Antara mahasiswa yang akan menyampaikan aspirasi dan pemerintah yang dituju oleh para mahasiswa. komunikasi yang baik diantara keduanya niscaya akan menghasilkan kebaikan bersama. Tidak perlu ada korban lagi dari aksi demonstrasi.
Pemerintah juga harus menindak tegas para penyokong dana yang dituduh menunggangi aksi demonstrasi. Sehingga tidak berlarut-larut isu tersebut memperburuk citra mahasiswa. Jika memang tidak ada bukti mengenai adanya pihak-pihak tertentu yang menunggangi aksi demonstrasi, maka jangan dibesar-besarkan isu tersebut. Sehingga aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dengan penuh niat baik, tidak luntur atau rusak karena isu-isu negatif yang beredar.
Tidak kalah pentingnya, bahwa aparat keamanan juga jangan terlalu gegabah menanggapi aksi demonstrasi dengan adu fisik. Jelas mahasiswa akan kalah, karena mahasiswa tidak terlatih dalam hal kekuatan fisik.
Dengan begitu, aksi dapat berjalan dengan baik. Dialektika akan terjadi dan memunculkan sintesis yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
Akhir-akhir ini kita mendapati berita di media massa mengenai aksi demonstrasi yang rusuh. Namun media massa tidak menjelaskan secara komprehensif penyebab dari kerusuhan aksi demonstrasi itu. Sehingga lagi-lagi citra para demonstran menjadi negatif.
Dari sekian banyak aksi demonstrasi turun ke jalan, sebagian besar dilakukan oleh mahasiswa. Sehingga mahasiswa yang akan terkena dampak dari segala pemberitaan yang dilakukan oleh media massa. Tentu saja hal ini akan melemahkan gerakan mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya dengan turun ke jalan.
Semakin heboh pemberitaan tentang kerusuhan aksi, citra mahasiswa akan semakin runtuh. Sehingga masyarakat mulai mencibir aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa. tentu hal ini akan menguntungkan pihak-pihak tertentu yang memang menginginkan tidak ada aksi karena takut adanya kritik.
Parahnya, mulai menggelembung isu bahwa aksi-aksi demonstrasi ditunggangi oleh kepentingan dari pihak-pihak tertentu. Dianggap aksi mahasiswa tidak murni untuk menyampaikan aspirasi. Sungguh luar biasa parah citra negatif yang ditimpakan pada mahasiswa.
Bak pepatah, “sudah jatuh tertimpa tangga”, mungkin sangat tepat diberikan pada mahasiswa. Awalnya mempunyai niat baik namun mendapat respon yang buruk. Citra negatif jelas tak dapat dihindari, ditambah lagi dalam aksi turun ke jalan berhadapan dengan aparat keamanan. Yang terkadang juga beradu fisik yang menyebabkan adanya korban baik luka ringan maupun luka serius akibat bentrok dengan aparat.
Perlu digaris bawahi di sini, ketika terjadi bentrok fisik antara mahasiswa dan aparat keamanan, janganlah media massa memberitakan bahwa demonstrasi mahasiswa anarkis. Tapi coba ungkap asal muasal terjadinya bentrok fisik tersebut. Sehingga pemberitaannya objektif, tidak merugikan salah satu pihak. Tidak hanya demi sebuah berita, mengorbankan mahasiswa.
Ketika aksi turun ke jalan berakibat seperti ini, harus ada pemikiran atau konsep baru mengenai demonstrasi. Sehingga akan meminimalisir jatuhnya korban dan citra negatif bagi mahasiswa. Jika kita tengok sejarah, aksi turun ke jalan sudah lama dilakukan oleh mahasiswa. Namun, pada saat itu seluruh elemen masyarakat dan media massa turut mendukung aksi turun ke jalan. Terbukti orde lama dan orde baru tumbang karena aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya.
Sebelum melakukan aksi, seharusnya mahasiswa merumuskan masalahnya dan mencoba memberikan solusi yang terbaik bagi Negara ini. Tidak asal turun ke jalan dan teriak-teriak seperti orang kesurupan. Kemudian menyampaiakan gagasan itu kepada wakil rakyat (DPR) atau pejabat pemerintah dengan cara dialog, bertukar pikiran dan gagasan.
Untuk itu, demonstrasi harus diawali dengan diskusi tentang permasalahan yang akan disuarakan. Konsolidasi massa yang solid agar tidak disusupi oleh provokator-provokator yang akan merusak jalannya aksi. Yang tidak kalah penting adalah data-data yang akan digunakan sebagai penguat dalam menyampaikan tuntutan. Sehingga tidak berdasar omong kosong belaka, namun berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggujawabkan keabsahannya.
Tidak hanya mahasiswa yang melakukan koreksi, namun pemerintah maupun wakil rakyat (DPR) juga harus melakukan koreksi. Pemerintah jangan diam saja menanggapi aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa. Mahasiswa butuh tanggapan dari pemerintah sehingga akan tercipta dialog, bukan monolog.
Temui dan ajak dialog para demonstran, hargai gagasan-gagasan yang disampaiakan. Jangan aksi demonstrasi disambut oleh aparat keamanan yang dipersenjatai pemukul, gas air mata dan semprotan air. Para demonstran yang hanya membawa panji-panji serta megaphone, dilawan oleh aparta keamanan, bukannya disambut dengan dialog dan sambutan hangat untuk berdiskusi bersama.
Untuk itu diperlukan orang yang mampu menjembatani dua kepentingan itu. Antara mahasiswa yang akan menyampaikan aspirasi dan pemerintah yang dituju oleh para mahasiswa. komunikasi yang baik diantara keduanya niscaya akan menghasilkan kebaikan bersama. Tidak perlu ada korban lagi dari aksi demonstrasi.
Pemerintah juga harus menindak tegas para penyokong dana yang dituduh menunggangi aksi demonstrasi. Sehingga tidak berlarut-larut isu tersebut memperburuk citra mahasiswa. Jika memang tidak ada bukti mengenai adanya pihak-pihak tertentu yang menunggangi aksi demonstrasi, maka jangan dibesar-besarkan isu tersebut. Sehingga aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dengan penuh niat baik, tidak luntur atau rusak karena isu-isu negatif yang beredar.
Tidak kalah pentingnya, bahwa aparat keamanan juga jangan terlalu gegabah menanggapi aksi demonstrasi dengan adu fisik. Jelas mahasiswa akan kalah, karena mahasiswa tidak terlatih dalam hal kekuatan fisik.
Dengan begitu, aksi dapat berjalan dengan baik. Dialektika akan terjadi dan memunculkan sintesis yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
Jantan Putra Bangsa
Pimpinan Umum Lembaga Pers Gerakan (LPG) Senthir
Pimpinan Umum Lembaga Pers Gerakan (LPG) Senthir
1 komentar:
kenapa mahasiswa selalu jadi obyek untuk menyuarakan kepentingan kelompok tertentu? pragmatisme sudah menjangkiti? ataukah mahasiswa sekarang memang sudah pragmatis...
Posting Komentar