Sekretariat Senthir

Jalan Gatak, Gang Tulip No. 343, Karangbendo, Bantul, Yogyakarta
Email: redaksisenthir@yahoo.co.id | Blog: senthir-gmni.blogspot.com

Kamis, 22 April 2010

Mengapa Begini?

Oleh Ratih Indah Lestari

“Gimana Nem?Kamu terima gak cintaku yang tulus ini?” Tanya Ujang suatu hari.

“Emm..gimana ya Kang!Inem mesti tanya Iyem dulu nih!Jawabnya nanti saja ya Kang?” Jawab Inem sambil tersipu malu.

“Yah Nem!masa soal pribadi kamu, mesti tanya Iyem juga sih!” Ujang agak kesal mendengar jawaban Inem.

“Iya atuh Kang!Mesti!Ini kan juga menyangkut Iyem juga.”

“Apanya yang disangkut-sangkutin!urusan kamu ya kamu juga yang mesti nyelesain. Kenapa mesti bawa-bawa Iyem sih?”

“Udah ah Kang. Nem mau nyuci dulu.”

Begitulah, sudah ke-10 kali Ujang, si Tukang sayur depan rumah majikan Inem dan Iyem, menyatakan perasaan cintanya terhadap Inem. Dan kesepuluh-sepuluh kalinya itu, Ujang disuruh menunggu lagi jawaban dari Inem yang mesti tanya dulu sama Iyem.

Majikan Iyem dan Inem emang rada-rada nyentrik. Karena Nyonya Hebring Sembiring punya sepasang putri kembar yang tidak kalah hebringnya, Taniya dan Tinaya Hebring Sembiring, maka Nyonya Hebring memutuskan untuk mencari Baby sitter yang kembar pula!

Sudah lama Inem dan Iyem ikut sama Nyonya Hebring. Sejak Taniya dan Tinaya masih berusia 1 bulan. Nyonya Hebring merasa cocok dengan kerja mereka berdua. Selain tidak macam-macam (dalam istilah ini, kita sebut saja genit, yang suka lirak-lirik pembantu lelaki tetangga sebelah), Inem dan Iyem terkenal sangat ulet dan apik. Maka tak heran pasangan pembantu ini sering dipromosikan oleh agen tempat mereka bernaung kepada keluarga-keluarga kaya dan juga royal.

“Yem, Kang Ujang nanya lagi tuh!gimana Nem mesti jawabnya?” Walau sambil merem-merem-melek, Inem masih terus memaksakan Iyem untuk ngobrol ditengah malam buta setelah seluruh ‘pr’ mereka selesai.

“Duh Nem, besok aja ya?nguantuk berat nih!!!” Iyem ngoceh sambil ngelap iler yang jatuh kepipinya.

“Yah Yem, sekarang aja deh!kasian kan Kang Ujang!” Inem memelas.

“Eh (sambil melotot, gak jadi merem!), kamu lebih kasian sama aku apa sama si Ujang itu hah?Gini aja deh, besok aku akan cari cara untuk membuktikan apakah cintanya Ujang itu benar-benar buat kamu atau dia mau main-main!nah sekarang aku mau tidur dulu!” Diajak ngomong begitu, Inem cemberut kerut kayak jeruk purut.

Walau Inem dan Iyem bak pinang dibelah kapak, namun watak dan perilaku mereka berdua sangat gampang untuk dibedakan. Makanya para tukang sayur yang tiap pagi gak pernah absen lewat didepan rumah Nyonya Hebring, tukang kebun tetangga sebelah, tukang masak tetangga diujung jalan, hingga tukang bo’onk (Preman yang kerjanya hanya nongkrong didepan rumah Inem dan Iyem!) pun lebih melirik dan menggoda ke Inem dibandingkan Iyem. Memang ada sih yang ngelirik Iyem. Tuh, tukang kredit yang rambutnya selalu dikasih minyak kelapa (bukan gel!), biar berkilau katanya!namanya Ujo. Ujo ini cinta mati sama Iyem. Memang Ujo ini punya aliran yang paling beda sendiri dengan teman-temannya sesama ‘tukang’. Dalam hal selera cewek misalnya, Ujo ini lebih memilih Iyem yang konon lebih perkasa dibanding Inem. Dan anehnya lagi, teman-temannya senang nyetel dangdutan, si Ujo ini malah nge-rock-an!(masuk angin kali!). Makanya setiap lewat depan rumah orang, segala sepatu belel, kaleng rombeng sampai ember bocor pun melayang kearah Ujo. Seakan sebuah sambutan yang mengiringi Ujo lewat. Lebih tepatnya lagi, bisa dibilang sambitan!

Pagi-pagi Inem sudah menanti, kira-kira apa taktik si Iyem buat...apa namanya ntuh?interogasi...kata orang intelek mah!

“Gini Nem, semalem, nenek moyang kita dateng dalam mimpi aku. Beliau menyarankan agar kita tuker tempat?” Jawab Iyem dengan serius.

“Boleh. Sekarang?Nih kamu kesini.” Inem menjawab dengan lugunya sambil hendak beranjak dari tempat berdirinya semula didepan pintu kamarnya, sedang Iyem duduk ditempat tidur.

“Yee...Tulalit luh!bukan itu maksudnya. Maksud aku, gimana kalo kita tuker identitas. Kamu jadi Iyem dan aku jadi Inem. Gimana?Nah kalo aku udah pe-de-ka-te sama Ujang, aku kan jadi tau gimana perasaan dia sesungguhnya kekamu.”

“Ooo...berarti kita mesti tukeran KTP juga donk!”

“Ya enggak lah!”

“Ooo...bagus juga tuh ide!Kapan kita jalanin rencana ini?”

“Taon depan Nem!” Iyem menjawab dengan kesal.

“Yaa...kelamaan atuh!” Inem mengeluarkan jurus jeruk purut-nya (cemberut, maksudnya!)

“Ya sekarang atuh Neng!”

“Ooo..iya...iya...!” Inem sumringah membayangkan bahwa rencana mereka akan berhasil dengan hepi ending, kawin sama Kang Ujang!

Pagi itu, mereka langsung bertukar nama, pekerjaan, juga gak kalah, bertukar pasangan!Kebetulan hari itu Nyonya Hebring sedang berlibur ke Bali dengan suami dan anak-anaknya. Sengaja Inem dan Iyem gak diajak, “takut ngeganggu” kata Nyonya! Maklum aja, ini kan liburan dalam rangka hanimun kedua keluarga Hebring Sembiring. Saking gak mau kalahnya, Nyonya Hebring selalu mengikutsertakan namanya disetiap nama keluarga ini, Tuan Darto Hebring Sembiring (Nama asli:Darto Sembiring), Nyonya Hebring Sembiring (Nama asli:Hebring (Aja)), Taniya Hebring Sembiring dan Tinaya Hebring Sembiring. Bahkan, Inem dan Iyem pun disuruh tambahin embel-embel Hebring Sembiring dibelakang nama mereka yang aslinya emang cuma satu kata!Waktu Ujang kenalan pas pertama kali dengan Inem, Ujang sempat bengong kayak ayam yang mau dipotong. “Nama adek siapa?” Tanya Ujang bermanis-manis ria. “Nama saya Inem Kang. Inem Hebring Sembiring.” Inem pun tersipu-sipu. Waks...nyentrik amat tuh nama, fikir Ujang. Kala itu, Ujang juga gak mau kalah “Nama akang Ujang neng. Ujang Dagang Teripang sama Rengginang!” Jangan salah loh!digerobak dagangannya Ujang, emang ada teripang sama rengginang!

Sejak kenal dengan Inem, Ujang selalu membawa makanan favorit Inem digerobak sayurnya. Mulai dari jengkol muda, pete cina, hingga terasi harum-wangi. Semua makanan itu gak pernah absen dari gerobak sayur Ujang. Suatu ketika, sempat ibu-ibu komplek yang mengeluh sedikitnya variasi dagangan Ujang, dan hanya itu-itu saja yang dibawa Ujang. Namun dengan santainya Ujang menjawab “Yah Bu, ini kan makanan kesukaan Inem. Jadi harus siap sedia donk Bu!”. Ibu-ibu yang lain hanya bisa menggerutu sedang tangan-tangan mereka sigap meraih pete dan jengkol yang kebetulan kesenangan mereka juga!

Seharian, Inem dan Iyem jalan dengan ‘pasangan’ masing-masing. Inem yang biasanya lemah lembut, agak sedikit berubah kegatelan waktu jalan sama Ujo. Sedang Iyem yang tadinya kegatelan, Agak risih berperilaku feminin.

“Kang. Sebenernya gimana sih perasaan Kang Ujang sama Inem?”Iyem cekikikan sambil teringat rencananya.

“Duh!kan udah akang bilang berkali-kali. Akang cinta mati sama Inem!Cinta akang gak kalah sama harumnya makanan kesukaan kamu Nem!”Ujang berpuitis-puitis ria.

Sedang dilain tempat.
“Yem. Kok kamu terliat beda hari ini?Lebih cantik dan lebih lembut!”Inem gak bisa menyembunyikan kelembutannya, walau sudah digaya-gayain genit!

“Duh!Bang. Nem...eh...Yem sebenernya gak bisa boonk!”

“Apa maksud kamu Yem?Abang gak ngerti deh!” Ujo penasaran banget.

“Emm...sebenernya ini idenya Iyem Bang............” Dan Inem pun menceritakan semuanya sampe tentang nenek moyang mereka yang dateng kemimpinya Iyem.

Ujo kaget bukan main!Segera saja Ujo mengajak Iyem, eh...Inem untuk menemui Iyem dan membuat jelas semuanya. Dengan sepeda motor jaman baheula, Ujo melaju dengan kecepatan maksimum, walau kecepatannya kalah jauh sama sepeda balap keluaran terbaru. Ujo tetap tenang. Sesampainya ditempat ketemuannya Inem, eh...Iyem sama Ujang, mereka tak menemukan satu batang hidung pun. Masih dengan tenang, Ujo melajukan sepeda motornya menuju rumah Nyonya Hebring Sembiring, hanya untuk memastikan bahwa Iyem dan Ujang akan pulang kerumah setelah kencan-tuker mereka.

Ternyata dirumah pun Iyem dan Ujang tidak ada. Inem dan Ujo sangat khawatir, sampai-sampai Ujo punya fikiran bahwa Iyem dan Ujang pergi ketempat lain untuk berkencan dan tidak memberitahu mereka. Yang lebih parah lagi adalah fikiran yang terlintas dibenak Inem, Iyem sama kekasihnya tercinta telah diculik oleh alien sehingga tidak meninggalkan jejak sekalipun (Kali ini Inem teringat akan filmnya Tom Cruise ‘War of the world’, yang waktu itu sempet ditonton bareng sama Kang Ujang dibioskop 21).
Inem putus asa akan pencarian Iyem dan kang Ujang tercintanya. Inem memutuskan untuk menunggu saja dikamarnya. Inem mencoba merebahkan tubuhnya yang sangat lelah sekali tadi karena mencari Iyem. Tiba-tiba pandangannya terarah pada selembar kertas yang tergeletak begitu aja diatas meja dan tidak biasanya ada selembar kertas yang terletak begitu saja diatas meja. Inem membacanya, Inem terkejut!Inem meneteskan airmata. Kenapa Iyem begitu tega terhadap saudara kembarnya sendiri? Nurani Inem berteriak lirih.

Dilain tempat,
“Kang, kita ke kampung akang saja yah?disana mungkin kita bisa hidup dengan tenang berdua.” Inem merajuk Ujang yang sedang memandang langit malam yang hampir menjelang subuh disebuah gerbong kereta.

“Iya Nem!Kalo Iyem udah bilang begitu, akang bahagia Nem!” Ujang tersenyum bahagia.

“Kang Ujang!ilernya jatuh tuh ke sayuran!” Tegur ibu Rita yang sangat disayangkan oleh Ujang yang sedang mimpi disiang bolong.

Semenjak Nyonya Hebring pindah dan menjadi warga baru komplek Rumah Elit (Bukan Rumah Ekonomi SuLIT) melalui desas desus yang beredar, kata orang sekomplek, Nyonya Hebring punya sepasang pembantu kembar yang cantik-cantik dan juga terdidik.

Makanya, siang bolong begini saat ngeliatin Nyonya Hebring sedang sibuk memindahkan barang-barang pindahannya kerumah yang baru, Ujang malah sibuk menghayal bakal ngecengin satu aja, dari pembantu Nyonya Hebring. (Karena gak mungkin bisa macarin dua-duanya!Ujang sangat menyadari kapasitas ‘muatan’ wajahnya yang pas-pasan.) Kalo Ujang bisa melakukannya, dia bakal tenar seantero komplek!

Ratih Indah Lestari

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark and Share