Oleh: Efendi A. Wibowo
Masyarakat
di Desa Bancar, sebuah desa yang terletak 20 kilometer dari pusat kota Ponorogo,
Jawa Timur sebagian besar adalah petani, pedagang kebutuhan sehari-hari di
pasar dan sebagian kecil adalah PNS. Dulu sekitar tahun 1996, masyarakatnya memulai
kegiatan sehari-hari pukul 4.00 WIB. Petani sudah pergi ke sawah dengan
menenteng pacul dan peralatan lainnya. Sedangkan para pedagang sudah
mempersiapkan barang dagangan di pinggir jalan menunggu kendaraan penjemput ke
pasar.
Kebiasaan
masyarakat itu berubah perlahan-lahan. Awalnya sekitar tahun 2000an, saya baru
menyadari bahwa petani pergi ke sawah
lebih siang dari biasanya. Demikian juga pedagang berangkat ke pasar lebih
siang. Hal itu terbukti dengan semakin sepinya jalan kampung ketika pagi hari. Walaupun hal itu tidak dapat
dijadikan indikator utama akan tetapi masyarakat sudah mulai berubah kebiasaan
sehari-harinya.
Televisi
di desa saya telah menjadi hiburan utama. Hampir semua rumah memiliki televisi
sebagai barang pokok yang harus ada. Televisi telah menjadi sumber referensi
mengenai cara berpakaian, makan, pendidikan dan mencari pekerjaan. Pesan-pesan
televisi yang hadir melalui perangkat audio-visual menjadi
sesuatu yang dinanti-nantikan oleh masyarakat.
Televisi
menjadi tertuduh dalam perubahan rutinitas masyarakat. Ketika kehadiran
televisi hanya terbatas pada televisi pemerintah (TVRI) saja, efek televisi itu
tidak terlalu besar. Pertama waktu siarannya terbatas dan acaranya tidak begitu
menarik. Tetapi dengan kehadiran banyak televisi swasta, efek televisi menjadi
sangat sulit diramalkan. Jenis program televisi yang beragam menyebabkan masyarakat
menonton acara film terakhir sampai pukul 01.00 WIB dini hari bahkan lebih
larut.
Terjadi
perubahan jadwal kegiatan atau penjadwalan ulang kegiatan sehari-hari di
masyarakat. Artinya, orang mengganti beberapa kegiatan dengan menonton
televisi. Anak-anak pun yang seharusnya
belajar dan membaca buku, sekarang lebih memilih menonton televisi. Salah satu
kelebihan televisi disini adalah ditonton oleh banyak orang. Televisi dengan
demikian bisa menentukan budaya yang menjadi mainstream atau arus utama dalam
masyarakat. Thomas L. McPhaill,
menyebutnya sebagai kolonialisme elektronik yaitu kurun waktu ketika supremasi
negara pemilik dan pengguna teknologi elektronik telah ikut mengendalikan tidak
hanya gaya hidup tetapi juga kesadaran akan kreativitas yang paling bersahaja.
0 komentar:
Posting Komentar