Sekretariat Senthir

Jalan Gatak, Gang Tulip No. 343, Karangbendo, Bantul, Yogyakarta
Email: redaksisenthir@yahoo.co.id | Blog: senthir-gmni.blogspot.com

Kamis, 29 Agustus 2013

MEMBACA TELEVISI DI DESAKU


Oleh: Efendi A. Wibowo



Masyarakat di Desa Bancar, sebuah desa yang terletak 20 kilometer dari pusat kota Ponorogo, Jawa Timur sebagian besar adalah petani, pedagang kebutuhan sehari-hari di pasar dan sebagian kecil adalah PNS. Dulu sekitar tahun 1996, masyarakatnya memulai kegiatan sehari-hari pukul 4.00 WIB. Petani sudah pergi ke sawah dengan menenteng pacul dan peralatan lainnya. Sedangkan para pedagang sudah mempersiapkan barang dagangan di pinggir jalan menunggu kendaraan penjemput ke pasar.
Kebiasaan masyarakat itu berubah perlahan-lahan. Awalnya sekitar tahun 2000an, saya baru menyadari bahwa petani  pergi ke sawah lebih siang dari biasanya. Demikian juga pedagang berangkat ke pasar lebih siang. Hal itu terbukti dengan semakin sepinya jalan kampung ketika  pagi hari. Walaupun hal itu tidak dapat dijadikan indikator utama akan tetapi masyarakat sudah mulai berubah kebiasaan sehari-harinya.
Televisi di desa saya telah menjadi hiburan utama. Hampir semua rumah memiliki televisi sebagai barang pokok yang harus ada. Televisi telah menjadi sumber referensi mengenai cara berpakaian, makan, pendidikan dan mencari pekerjaan. Pesan-pesan televisi yang hadir melalui perangkat audio-visual  menjadi  sesuatu yang dinanti-nantikan oleh masyarakat.
Televisi menjadi tertuduh dalam perubahan rutinitas masyarakat. Ketika kehadiran televisi hanya terbatas pada televisi pemerintah (TVRI) saja, efek televisi itu tidak terlalu besar. Pertama waktu siarannya terbatas dan acaranya tidak begitu menarik. Tetapi dengan kehadiran banyak televisi swasta, efek televisi menjadi sangat sulit diramalkan. Jenis program televisi yang beragam menyebabkan masyarakat menonton acara film terakhir sampai pukul 01.00 WIB dini hari bahkan lebih larut.
Terjadi perubahan jadwal kegiatan atau penjadwalan ulang kegiatan sehari-hari di masyarakat. Artinya, orang mengganti beberapa kegiatan dengan menonton televisi.  Anak-anak pun yang seharusnya belajar dan membaca buku, sekarang lebih memilih menonton televisi. Salah satu kelebihan televisi disini adalah ditonton oleh banyak orang. Televisi dengan demikian bisa menentukan budaya yang menjadi mainstream atau arus utama dalam masyarakat.  Thomas L. McPhaill, menyebutnya sebagai kolonialisme elektronik yaitu kurun waktu ketika supremasi negara pemilik dan pengguna teknologi elektronik telah ikut mengendalikan tidak hanya gaya hidup tetapi juga kesadaran akan kreativitas yang paling bersahaja.

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmark and Share