Oleh: Efendi A. Wibowo
Judul
: Kisah-Kisah Pembebasan dalam Qur’an
Penulis
: Eko Prasetyo
Penerbit
: PUSHAM UII bersama RESISTBOOK dan MPM Muhammadiyah
Cetakan
: I, Juli 2012
Tebal
: 357 halaman
ISBN
: 979109809-3
Daerah itu bernama Madyan
sebuah kota di tenggara
Gurun Sinai dekat Tabut Arab Saudi
dan Teluk Aqabah. Sebuah tempat
diutusnya Nabi Syua’ib untuk mengemban risalah kebenaran dari Allah. Madyan
adalah kota metropolis yang makmur dan sejahtera. Penduduknya banyak yang
berprofesi sebagai pedagang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyaknya
kaum pedagang dalam masyarakat memunculkan ukuran kesejahteraan berdasarkan
kelas sosial.
Di dalam kemapanan kehidupan
masyarakat Nabi Syua’ib menyerukan bahwa sistem perekonomian yang mereka bangun
berdiri di atas penindasan dan penghisapan. Hal ini tercermin dari kecurangan
dalam sistem perdagangan berupa pengurangan takaran dan timbangan seperti yang
termaktub dalam surat al-A’raf ayat 85 yang berbunyi “Dan (kami telah
mengutus) kepada Madyan saudara mereka Syua’ib. Ia berkata: wahai kaumku
sembahlah Allah tidak ada bagi kami satu Tuhan pun selain-Nya. Telah datang
kepada kamu bukti dari Tuhan kamu; maka sempurnakanlah takaran dan timbangan
dan jangan kamu kurangi bagi manusia barang-barang mereka dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di muka bumi sesudah perbaikannya. Yang demikian itu lebih
baik bagi kamu jika kamu orang-orang mukmin”. Maka Nabi Syua’ib diutus
untuk menyeru kepada umatnya agar tidak memuja kepada harta yang dimiliki. Akan tetapi, menyandarkan diri pada
kepatuhan kuasa Tuhan.
Di dalam ulasan buku ini
dijelaskan bahwa istilah takaran dan timbangan merupakan hal yang mengacu pada
alat produksi. Kira-kira berabad-abad kemudian Karl Marx menubuhkan kritik itu dalam hubungan
substruktur dan suprastruktur. Substruktur adalah basis kekuatan produksi
sedangkan suprastruktur adalah lembaga-lembaga kultural yang menopang kegiatan
ekonomi. Nabi Syua’ib mengkritik substruktur sebagai kumpulan pedagang curang
dan suprastuktur sebagai keyakinan naif tentang Tuhan. Nabi Syua’ib menyebutnya
sebagai kecurangan sedang Marx
menyempurnakannya sebagai nilai lebih. Substruktur
dan suprastruktur ini jika bersekutu menjelma dalam bentuk materi yang menindas
yaitu kecurangan. Istilah yang lebih populer sekarang sebagai sistem ekonomi
yang mengabaikan keadilan dan memuja ketamakan yaitu kapitalisme.
Inilah cuplikan kisah tentang Nabi Syua’ib dengan kaumnya
suku Madyan. Eko Prasetyo, seorang penulis yang lahir dari tradisi pers
mahasiswa dan terkenal dengan karyanya buku Seri Dilarang Miskin dengan apik
menyuguhkan hal yang berbeda dari kisah tersebut dan kisah-kisah utusan Tuhan
yang lain. Bukunya yang biasa menyuguhkan warna tulisan bernada provokatif,
sinis dan bersemangat,
seperti yang diakui di halaman 15, di buku ini tak akan kita jumpai. Dalam buku Kisah-Kisah
Pembebebasan dalam Qur’an gaya bahasa yang dia gunakan
cenderung lebih lugas dan tegas,
jauh dari nada provokatif dan kemarahan.
Penulis yang juga
alumnus Fakultas Hukum UII tahun 1997, semasa kuliahnya menjadi guru mengaji di
taman Pendidikan Al-Quran di Kota Gede dan sempat didaulat menjadi Kepala Sekolah di kampung Pujokusuman
Yogyakarta. Rekam jejak kehidupannya tersebut menjadikan penulis mahfum dalam
menguraikan pernik-pernik kisah utusan Tuhan.
Kegelisahannya akan kisah
utusan Tuhan yang tak lagi mampu di kagumi anak-anak. Metode penyampaian guru
yang tidak mampu menyihir pendengarnya serta pendidikan agama yang tidak
imajinatif, bahkan cenderung banyak berbicara kisah mengerikan tentang akhirat
yang kebanyakan mengenai neraka. Inilah yang menjadikan faktor pendorong
berikutnya penyusunan buku Kisah-Kisah
Pembebasan dalam Quran yang senada dengan kesaksiannya pada halaman 14, awal pembuka tulisan dalam
bab “Memori Guru Taman
Kanak-Kanak.”
Buku ini berisi 25 kisah dalam
Al-Quran dengan dominasi kisah-kisah Nabi, kendati sering kita temukan dalam
buku yang serupa, tetapi
kemampuan penulis meramunya dengan berbagai pemikiran tokoh-tokoh terkenal
seperti Karl Marx,
Joseph E. Stighliz, Imanuel Kant, Nietzsche, serta tokoh-tokoh lain memperkaya bahasan sehingga mampu
menyuguhkan pengetahuan baru dan berbeda.
Oleh sebab itu, buku ini menarik dan layak untuk dibaca terutama aktifis muslim maupun kalangan yang ingin mengkaji dan menekuni Al-Quran lebih lanjut. Dengan itu, apa yang di harapkan Eko Prasetyo akan menjadi kenyataan, bahwa agama tak sekedar kepatuhan, perintah, dan larangan. Agama hadir melalui perantaraan kisah.
Oleh sebab itu, buku ini menarik dan layak untuk dibaca terutama aktifis muslim maupun kalangan yang ingin mengkaji dan menekuni Al-Quran lebih lanjut. Dengan itu, apa yang di harapkan Eko Prasetyo akan menjadi kenyataan, bahwa agama tak sekedar kepatuhan, perintah, dan larangan. Agama hadir melalui perantaraan kisah.
0 komentar:
Posting Komentar